Dusta dan Akibat yang ditimbulkan
Kemaksiatan yang ditimbulkan dari kemaluan adalah zina, dan kemaksiatan yang ditimbulkan oleh lisan adalah dusta.
Terkadang dengan lisannya seseorang mengucapkan kata-kata tanpa dipertimbangkan dan dipikirkan sebelumnya, sehingga menimbulkan fitnah dan kemudharatan yang banyak bagi dirinya maupun bagi orang lain.
Diantara sebab terbanyak yang menyebabkan anak Adam terjerumus ke lembah kemaksiatan, adalah mereka tidak menjaga dua hal yaitu lidah dan kemaluannya. Sehingga Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah bersabda :"Barangsiapa yang mampu menjaga apa yang terdapat diantara dua janggutnya dan apa yang ada diantara dua kakinya, maka aku jamin akan masuk surga."(Muttafaqun 'Alaih).
Kemaksiatan yang ditimbulkan dari kemaluan adalah zina, dan kemaksiatan yang ditimbulkan oleh lisan adalah dusta. Terkadang dengan lisannya seseorang mengucapkan kata-kata tanpa dipertimbangkan dan dipikirkan sebelumnya, sehingga menimbulkan fitnah dan kemudharatan yang banyak bagi dirinya maupun bagi orang lain. Oleh karena itu jelaslah bahwa diantara keselamatan seorang hamba adalah tergantung pada penjagaan seseorang terhadap lisannya. Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah menasehati 'Uqbah bin Amir ketika dia bertanya tentang keselamatan, lalu beliau bersabda :"iharalah lidahmu, betahlah tinggal di rumahmu dan tangisililah dosa-dosamuR Tirmidzi, hadits hasan). Termasuk penyimpangan yang nyata dan banyak terjadi di masyarakat kita sekarang ini adalah melakukan dusta, baik dalam ucapan maupun perbuatan, baik dalam menjual ataupun membeli, dalam sumpah dan perjanjian, bahkan menggunakann dusta sebagai bumbu dakwah dan menjatuhkan orang karena kedengkian. Padahal urusan dusta adalah termasuk hal yang berbahaya, karena termasuk urusan haram yang menyebabkan pelakunya terjerumus ke dalam neraka. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :"ngguhnya dusta itu menuntun kepada kekejian itu menuntun ke dalam neraka. Tidak henti-hentinya seseorang itu berdusta dan membiasakan diri dalam dusta, sehingga dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.ttafaqun 'Alaih).
Dusta mempunya beberapa pengaruh buruk, yang seandainya hal ini disadari oleh para pendusta pasti mereka akan meninggalkan kebiasaan dustanya dan akan kembali bertaubat kepada Allah Ta'ala. Sebagian dari pengaruh buruk itu adalah
Pertama : Menyebabkan keraguan kepada dan diantara manusia
Keraguan artinya bimbang dan resah. Ini berarti sesorang pendusta selamanya menjadi sumber keresahan dan keraguan, serta menjatuhkan ketenangan pada oreang yang jujur. Berkata Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam :"Tinggalkanlah apa-apa yang membuatmu ragu dan ambil apa-apa yang tidak meragukanmu, karena sesungguhnya kejujuran itu adalah ketenangan dan dusta itu adalah keresahan"(Tirmidzi, Nasa'I Shahih).
Pertama : Menyebabkan keraguan kepada dan diantara manusia
Keraguan artinya bimbang dan resah. Ini berarti sesorang pendusta selamanya menjadi sumber keresahan dan keraguan, serta menjatuhkan ketenangan pada oreang yang jujur. Berkata Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam :"Tinggalkanlah apa-apa yang membuatmu ragu dan ambil apa-apa yang tidak meragukanmu, karena sesungguhnya kejujuran itu adalah ketenangan dan dusta itu adalah keresahan"(Tirmidzi, Nasa'I Shahih).
Kedua : terjerumusnya seseorang ke dalam salah satu tanda munafiq. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :"Ada empat hal, barangsiapa yang memiliki semuanya, maka dia munafik sejati. Dan barangsiapa memiliki salah satu diantaranya berarti dia mempunyai satu jenis sifat munafik hingga dia eninggalkannya. Yaitu apabila diberi amanat dia khianat, bila berkata dia dusta, bila berjanji dia mengingkari, jika berselisih dia berkata kotor."(Muttafaq'Alaih). Sebagaimana diketahui, bahwa orang munafik akan menempati kerak neraka yang paling bawah. Sebutan munafik adalah sebutan yang amat berat, maka mengapa kita berani berdusta dan mempertahankannya padahal ia hanya akan mengantarkan kita pada kedudukan yang buruk lagi menghinakan.
Ketiga : Hilangnya kepercayaan. Sesungguhnya selama dusta menyebar dalam kehidupan bermasyarakat, maka hal itu akan menghilangkan kepercayaan di kalangan kaum muslimin. Memutuskan jalinan kasih diantara mereka, sehingga menyebabkan tercegahnya kebaikan dan menjadi penghalang sampainya kebaikan kepada orang yang berhak menerimanya.
Keempat : Memutarbalikkan kebenaran. Di antara pengaruh buruk dusta adalah memutarbalikkan kebenaran dan membawa berita yang berlainan dengan fakta, lebih-lebih dilakukan dengan tanpa memberikan kejelasan yang disyariatkan. Hal ini dilakukan karena para pendusta suka merubah kebatilan menjadi kebenaran dan kebenaran menjadi kebatilan dalam pandangan manusia. Dan apa saja yang mereka katakana tentang keburukan seseorang, dan apapun pengaruhnya, maka hati-hatilah terhadap mereka, baik yang anda baca dari mereka atau yang anda dengar karena Allah Ta'ala berifrman :"…Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta".(al-Mukmin : 28)
Kelima : Pengaruh dusta terhadap anggota badan. Dusta menjalar dari hati ke lidah, maka rusaklah lidah itu, lalu menjalar ke anggota badan maka rusaklah amal perbuatannya sebagaimana rusaknya lidah dalam berbicara. Maka jika Allah Ta'ala tidak membarikan kesembuhan dalam kejujuran kepada pendusta itu, sehingga semakin rusaklah mereka dan menjerumuskan mereka ke arah kehancuran. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :"Sesungguhnya kejujuran itu menuntun kepada kebajikan, sedangkan duka itu menuntun kepada kedurhakaan."(Muttafq 'Alaih).
Itulah sebagian kecil dari akibat buruk dusta yang semuanya merupakan akibat yang terasa di dunia. Adapun di akhirat Allah akan membalasnya dengan lebih dahsyat dan mengerikan. Jelaslah para pendusta akan berjalan diatas jalan menuju neraka, karena dengan berdusta ia akan membuka pintu keburukan lainnya. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :"Sesungguhnya dusta itu menuju kepada kekejian dan kekejian itu menuju kepada neraka, seseorang terus menerus berdusta sehigga di catat di sisi Allah sebagai pendusta."(Muttafaq 'Alaih). Untuk itu agar kita semua memperhatikan bahayanya dusta sehingga takut untuk melakukannya. Adapun cara untuk menhindari dusta tersebut diantaranya ialah
Pertama : Tidak bergaul dengan para pendusta dan mencari teman yang shalaeh lagi jujur.
Kedua : mempunyai keyakinan yang mantap akan bahaya yang ditimbulkannya baik di dunia maupun di akhirat.
Ketiga : melatih hati dan lisan untuk selalu berkata dan berbuat jujur.
Keempat : selalu mengkaji al-Qur'an dan aktif mengamalkannya.
Semoga Allah menganugrahkan kepada kita semua kejujuran dalam ucapan maupun perbuatan.
RASA TAKUT
Segala puji bagi Allah, puji syukur atas kebesaran wajah-Nya dan keagungan iradah-Nya. Shalawat dan salam kita persembahkan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Manusia yang paling takut dan paling tahu akan ihwal Rabb-nya. Penunjuk ke jalan Allah yang lurus serta atas keluarganya dan para sahabat beliau ridwanullah Alaihim jami'an.
Imam Abu AlFaraj ibnu Al Jauzi berkata. "takut adalah bara yang menghanguskan gejolak syahwat."
Keutamaan rasa takut itu tergantung bagaimana rasa takut itu dapat menghanguskan nafsu syahwat, membendung maksiat dan menumbuhkan rasa taat. Rasa takut akan Allah juga akan menumbuhkan rasa iffah (menjaga diri), wara', taqwa, mujahadah (kesungguhan) serta amalan-amalan utama yang dapat mendekatkan dri kita kepada Allah Ta'ala.
Firman Allah :
"Sebagai petunjuk dan rahmat untuk orang-orang yang takut kepada Rabb nya." (QS. Al-A'raf:54).
"Allah Ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah balasan bagi orang yang takut kepada Rabb-nya."(Al-Bayyinah:8).
"Dan takutlah kepadaKu jika kau benar-benar orang yang beriman"(Ali-Imran:175).
"orang yang takut akan mendapat pelajaran"(Al-A'la:10).
"Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan bertambah khusyu."(Al-Isra:109).
Rasa takut (Al-Khouf) merupakan manifestasi dari ilmu. Semakin tinggi ilmu seseorang, semakin bertambah pula rasa takutnya kepada Allah Ta'ala. FirmanNya:
"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hambanya hanyalah 'ulama."(Fathir:28)
Rasulullah bersabda,
"Sesungguhnya Allah memiliki malaikat yang mengepakkan sayapnya dikarenakan rasa takutnya kepada allah."
Beliau juga bersabda:"Apakah engkau mendengar apa yang kudengar. Langit bergemuruh dan terus bergemuruh. Demi Dzat yang jiwaku ada ditangan-Nya, tidaklah ada tempat (dilangit dalam jarak empat jari) kecuali ada malaikat yang bersujud, berdiri ataupun ruku' ke hadirat allah Ta'ala. Dan seandainya kau mengetahui apa yang kulihat, niscaya engkau akan menyedikitkan tawa dan memperbanyak tangisan, dan kamu akan keluar ke jalanan dan menjerit kepada Allah dikarenakan rasa takutmu akan kerasnya adzab dan sikasa Allah."
Oleh sebab itu pada suatu saat dada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bergemuruh sebagaimana gemuruhnya periuk yang diletakkan di atas perapian, disebabkan tangis beliau.
Dalam sebuah hadits yang panjang yang diriwayatkan oleh Abu dzar dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam ia berkata,"Ya Rasulullah, apakah isi lembaran-lembaran yang dimiliki nabi musa Alaihis Salam itu?" Rasulullah menjawab, "Shuhuf Nabi Musa Alaihis Salam itu berisikan ibrah kesemuanya. Aku sangat heran kepada suatu kaum yang yakin akan kematian namun mereka berbangga-bangga, dan aku juga heran kepada seseorang yang yakin adanya neraka namun ia tertawa."(HR. Ibnu Hibban).
Imam Ahmad meriwayatkan sebuah hadits dari anas dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, sesungguhnya beliau bertanya kepada Jibril Alaihis Salam,"Ada apakah dengan saya sehingga aku tak pernah melihat malaikat Mikail tertawa?" Malaikat Jibril menjawab:"Semenjak neraka diciptakan, malaikat tidak pernah tertawa".(HR.Ahmad)
Hasan Al-Basri berkata," Orang-orang muslim adalah kaum yang rendah hati, Allah telah menganugrahkan pendengaran, penglihatan dan tubuh kepada mereka. Sehingga orang-orang yang bodoh mengira mereka sakit, padahal mereka mempunya hati dan pikiran. Apakah mereka tidak mengetahui firman Allah ,
"Dan mereka berkata : Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami,"(QS. Fathir:34).
Sesungguhnya mereka telah bersusah payah di dunia, mereka beramal sebagaimana yang dilakukan oleh orang orang dahulu, mereka tidak bersedih kepad hal yang orang lain bersedih karenanya. Akan tetapi mereka bersedih disebabkan oleh rasa takut mereka akan api neraka.
Keutamaan rasa takut itu tergantung bagaimana rasa takut itu dapat menghanguskan nafsu syahwat, membendung maksiat dan menumbuhkan rasa taat. Rasa takut akan Allah juga akan menumbuhkan rasa iffah (menjaga diri), wara', taqwa, mujahadah (kesungguhan) serta amalan-amalan utama yang dapat mendekatkan dri kita kepada Allah Ta'ala.
Firman Allah :
"Sebagai petunjuk dan rahmat untuk orang-orang yang takut kepada Rabb nya." (QS. Al-A'raf:54).
"Allah Ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah balasan bagi orang yang takut kepada Rabb-nya."(Al-Bayyinah:8).
"Dan takutlah kepadaKu jika kau benar-benar orang yang beriman"(Ali-Imran:175).
"orang yang takut akan mendapat pelajaran"(Al-A'la:10).
"Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan bertambah khusyu."(Al-Isra:109).
Rasa takut (Al-Khouf) merupakan manifestasi dari ilmu. Semakin tinggi ilmu seseorang, semakin bertambah pula rasa takutnya kepada Allah Ta'ala. FirmanNya:
"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hambanya hanyalah 'ulama."(Fathir:28)
Rasulullah bersabda,
"Sesungguhnya Allah memiliki malaikat yang mengepakkan sayapnya dikarenakan rasa takutnya kepada allah."
Beliau juga bersabda:"Apakah engkau mendengar apa yang kudengar. Langit bergemuruh dan terus bergemuruh. Demi Dzat yang jiwaku ada ditangan-Nya, tidaklah ada tempat (dilangit dalam jarak empat jari) kecuali ada malaikat yang bersujud, berdiri ataupun ruku' ke hadirat allah Ta'ala. Dan seandainya kau mengetahui apa yang kulihat, niscaya engkau akan menyedikitkan tawa dan memperbanyak tangisan, dan kamu akan keluar ke jalanan dan menjerit kepada Allah dikarenakan rasa takutmu akan kerasnya adzab dan sikasa Allah."
Oleh sebab itu pada suatu saat dada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bergemuruh sebagaimana gemuruhnya periuk yang diletakkan di atas perapian, disebabkan tangis beliau.
Dalam sebuah hadits yang panjang yang diriwayatkan oleh Abu dzar dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam ia berkata,"Ya Rasulullah, apakah isi lembaran-lembaran yang dimiliki nabi musa Alaihis Salam itu?" Rasulullah menjawab, "Shuhuf Nabi Musa Alaihis Salam itu berisikan ibrah kesemuanya. Aku sangat heran kepada suatu kaum yang yakin akan kematian namun mereka berbangga-bangga, dan aku juga heran kepada seseorang yang yakin adanya neraka namun ia tertawa."(HR. Ibnu Hibban).
Imam Ahmad meriwayatkan sebuah hadits dari anas dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, sesungguhnya beliau bertanya kepada Jibril Alaihis Salam,"Ada apakah dengan saya sehingga aku tak pernah melihat malaikat Mikail tertawa?" Malaikat Jibril menjawab:"Semenjak neraka diciptakan, malaikat tidak pernah tertawa".(HR.Ahmad)
Hasan Al-Basri berkata," Orang-orang muslim adalah kaum yang rendah hati, Allah telah menganugrahkan pendengaran, penglihatan dan tubuh kepada mereka. Sehingga orang-orang yang bodoh mengira mereka sakit, padahal mereka mempunya hati dan pikiran. Apakah mereka tidak mengetahui firman Allah ,
"Dan mereka berkata : Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami,"(QS. Fathir:34).
Sesungguhnya mereka telah bersusah payah di dunia, mereka beramal sebagaimana yang dilakukan oleh orang orang dahulu, mereka tidak bersedih kepad hal yang orang lain bersedih karenanya. Akan tetapi mereka bersedih disebabkan oleh rasa takut mereka akan api neraka.
KESEHARIAN MUSLIMSyaikh Abdullah bin Jaarullah bin Ibrahim Al-Jaarullah
Kata Pengantar.
Saudaraku....
Kata Pengantar.
Saudaraku....
Dengan penuh pengharapan bahwa kebahagian dunia dan akhirat yang akan kita dapatkan, maka kami sampaikan risalah yang berisikan pertanyaan-pertanyaan ini kehadapan anda untuk direnungkan dan di jawab dengan perbuatan.
Pertanyaan-pertanyaan ini sengaja kami angkat kehadapan anda dengan harapan yang tulus dan cinta karena Allah Subhanahu wa Ta'ala, supaya kita bisa mengambil mannfaat dan faedah yang banyak darinya, disamping itu sebagai bahan kajian untuk melihat diri kita, sudah sejauh mana dan ada dimana posisinya selama ini.
Saudaraku...
Risalah ini dinukilkan dari buku saku yang sangat bagus dan menawan yaitu Zaad Al-Muslim Al-Yaumi (Bekalan Muslim Sehari-hari) dari hal. 51 - 55, bab Hayatu Yaumi Islami yang diambil dari kitab Al-Wabil Ash-Shoyyib oleh Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah dan diterjemahkan oleh saudara kita Fariq Gasim Anuz semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala membalasnya dengan pahala dan surganya. Kehidupan Sehari-hari Yang Islami :
1. Apakah anda selalu shalat Fajar berjama'ah di masjid setiap hari .?
2. Apakah anda selalu menjaga Shalat yang lima waktu di masjid .?
3. Apakah anda hari ini membaca Al-Qur'an .?
4. Apakah anda rutin membaca Dzikir setelah selesai melaksanakan Shalat wajib .?
5. Apakah anda selalu menjaga Shalat sunnah Rawatib sebelum dan sesudah Shalat wajib .?
6. Apakah anda (hari ini) Khusyu dalam Shalat, menghayati apa yang anda baca .?
7. Apakah anda (hari ini) mengingat Mati dan Kubur .?
8. Apakah anda (hari ini) mengingat hari Kiamat, segala peristiwa dan kedahsyatannya .?
9. Apakah anda telah memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala sebanyak tiga kali, agar memasukkan anda ke dalam Surga .? Maka sesungguhnya barang siapa yang memohon demikian, Surga berkata :"Wahai Allah Subhanahu wa Ta'ala masukkanlah ia ke dalam Surga".
10. Apakah anda telah meminta perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar diselamatkan dari api neraka sebanyak tiga kali .? Maka sesungguhnya barangsiapa yang berbuat demikian, neraka berkata :"Wahai Allah peliharalah dia dari api neraka". (Berdasarkan hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang artinya :"Barangsiapa yang memohon Surga kepada Allah sebanyak tiga kali, Surga berkata :"Wahai Allah masukkanlah ia ke dalam Surga. Dan barangsiapa yang meminta perlindungan kepada Allah agar diselamatkan dari api neraka sebanyak tiga kali, neraka berkata :"Wahai Allah selamatkanlah ia dari neraka". (Hadits Riwayat Tirmidzi dan di shahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami No. 911. Jilid 6).
11. Apakah anda (hari ini) membaca hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam .?
12. Apakah anda pernah berfikir untuk menjauhi teman-teman yang tidak baik .?
13. Apakah anda telah berusaha untuk menghindari banyak tertawa dan bergurau .?
14. Apakah anda (hari ini) menangis karena takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala .?
15. Apakah anda selalu membaca Dzikir pagi dan sore hari .?
16. Apakah anda (hari ini) telah memohon ampunan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala atas dosa-dosa (yang engkau perbuat -pen) .?
17. Apakah anda telah memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan benar untuk mati Syahid .? Karena sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda yang artinya :"Barangsiapa yang memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan benar untuk mati syahid, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan memberikan kedudukan sebagai syuhada meskipun ia meninggal di atas tempat tidur". (Hadits Riwayat Tirmidzi, Nasa'i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dalam shahihnya, Al-Hakim dan ia menshahihkannya).
18. Apakah anda telah berdo'a kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar ia menetapkan hati anda atas agama-Nya. ?
Apakah anda telah mengambil kesempatan untuk berdo'a kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala di waktu-waktu yang mustajab .?
19. Apakah anda telah membeli buku-buku agama Islam untuk memahami agama .? (Tentu dengan memilih buku-buku yang sesuai dengan pemahaman yang dipahami oleh para Shahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, karena banyak juga buku-buku Islam yang tersebar di pasaran justru merusak pemahaman Islam yang benar, pent).
20. Apakah anda telah memintakan ampunan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk saudara-saudara mukminin dan mukminah .? Karena setiap mendo'akan mereka anda akan mendapat kebajikan pula.
21. Apakah anda telah memuji Allah Subhanahu wa Ta'ala (dan bersyukur kepada-Nya, pent) atas nikmat Islam .?
22. Apakah anda telah memuji Allah Subhanahu wa Ta'ala atas nikmat mata, telinga, hati dan segala nikmat lainnya .?
23. Apakah anda hari-hari ini telah bersedekah kepada fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkannya .?
24. Apakah anda dapat menahan marah yang disebabkan urusan pribadi, dan berusaha untuk marah karena Allah Subhanahu wa Ta'ala saja .?
25. Apakah anda telah menjauhi sikap sombong dan membanggakan diri sendiri .?
26. Apakah anda telah mengunjungi saudara seagama, ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta'ala .?
27. Apakah anda telah menda'wahi keluarga, saudara-saudara, tetangga, dan siapa saja yang ada hubungannya dengan diri anda .?
28. Apakah anda termasuk orang yang berbakti kepada orang tua .?
29. Apakah anda mengucapkan "Innaa Lillahi wa innaa ilaihi raji'uun" jika mendapatkan musibah .?
30. Apakah anda hari ini mengucapkan do'a ini : " Allahumma inii a'uudubika an usyrika bika wa anaa a'lamu wastagfiruka limaa la'alamu = Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari menyekutukan Engkau sedangkan aku mengetahui, dan aku memohon ampun kepada-Mu terhadap apa-apa yang tidak aku ketahui". Barangsiapa yang mengucapkan yang demikian, Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menghilangkan darinya syirik besar dan syirik kecil. (Lihat Shahih Al-Jami' No. 3625).
31. Apakah anda berbuat baik kepada tetangga .?
32. Apakah anda telah membersihkan hati dari sombong, riya, hasad, dan dengki .?
33. Apakah anda telah membersihkan lisan dari dusta, mengumpat, mengadu domba, berdebat kusir dan berbuat serta berkata-kata yang tidak ada manfaatnya .?
34. Apakah anda takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam hal penghasilan, makanan dan minuman, serta pakaian .?
35. Apakah anda selalu bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan taubat yang sebenar-benarnya di segala waktu atas segala dosa dan kesalahan .?
Saudaraku ..
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di atas dengan perbuatan, agar kita menjadi orang yang beruntung di dunia dan akhirat, inysa Allah.
diambil dari: milis assunnah, message ke-277; posting dari Saudara Yayat Ruhiyat.
Pertanyaan-pertanyaan ini sengaja kami angkat kehadapan anda dengan harapan yang tulus dan cinta karena Allah Subhanahu wa Ta'ala, supaya kita bisa mengambil mannfaat dan faedah yang banyak darinya, disamping itu sebagai bahan kajian untuk melihat diri kita, sudah sejauh mana dan ada dimana posisinya selama ini.
Saudaraku...
Risalah ini dinukilkan dari buku saku yang sangat bagus dan menawan yaitu Zaad Al-Muslim Al-Yaumi (Bekalan Muslim Sehari-hari) dari hal. 51 - 55, bab Hayatu Yaumi Islami yang diambil dari kitab Al-Wabil Ash-Shoyyib oleh Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah dan diterjemahkan oleh saudara kita Fariq Gasim Anuz semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala membalasnya dengan pahala dan surganya. Kehidupan Sehari-hari Yang Islami :
1. Apakah anda selalu shalat Fajar berjama'ah di masjid setiap hari .?
2. Apakah anda selalu menjaga Shalat yang lima waktu di masjid .?
3. Apakah anda hari ini membaca Al-Qur'an .?
4. Apakah anda rutin membaca Dzikir setelah selesai melaksanakan Shalat wajib .?
5. Apakah anda selalu menjaga Shalat sunnah Rawatib sebelum dan sesudah Shalat wajib .?
6. Apakah anda (hari ini) Khusyu dalam Shalat, menghayati apa yang anda baca .?
7. Apakah anda (hari ini) mengingat Mati dan Kubur .?
8. Apakah anda (hari ini) mengingat hari Kiamat, segala peristiwa dan kedahsyatannya .?
9. Apakah anda telah memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala sebanyak tiga kali, agar memasukkan anda ke dalam Surga .? Maka sesungguhnya barang siapa yang memohon demikian, Surga berkata :"Wahai Allah Subhanahu wa Ta'ala masukkanlah ia ke dalam Surga".
10. Apakah anda telah meminta perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar diselamatkan dari api neraka sebanyak tiga kali .? Maka sesungguhnya barangsiapa yang berbuat demikian, neraka berkata :"Wahai Allah peliharalah dia dari api neraka". (Berdasarkan hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang artinya :"Barangsiapa yang memohon Surga kepada Allah sebanyak tiga kali, Surga berkata :"Wahai Allah masukkanlah ia ke dalam Surga. Dan barangsiapa yang meminta perlindungan kepada Allah agar diselamatkan dari api neraka sebanyak tiga kali, neraka berkata :"Wahai Allah selamatkanlah ia dari neraka". (Hadits Riwayat Tirmidzi dan di shahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami No. 911. Jilid 6).
11. Apakah anda (hari ini) membaca hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam .?
12. Apakah anda pernah berfikir untuk menjauhi teman-teman yang tidak baik .?
13. Apakah anda telah berusaha untuk menghindari banyak tertawa dan bergurau .?
14. Apakah anda (hari ini) menangis karena takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala .?
15. Apakah anda selalu membaca Dzikir pagi dan sore hari .?
16. Apakah anda (hari ini) telah memohon ampunan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala atas dosa-dosa (yang engkau perbuat -pen) .?
17. Apakah anda telah memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan benar untuk mati Syahid .? Karena sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda yang artinya :"Barangsiapa yang memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan benar untuk mati syahid, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan memberikan kedudukan sebagai syuhada meskipun ia meninggal di atas tempat tidur". (Hadits Riwayat Tirmidzi, Nasa'i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dalam shahihnya, Al-Hakim dan ia menshahihkannya).
18. Apakah anda telah berdo'a kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar ia menetapkan hati anda atas agama-Nya. ?
Apakah anda telah mengambil kesempatan untuk berdo'a kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala di waktu-waktu yang mustajab .?
19. Apakah anda telah membeli buku-buku agama Islam untuk memahami agama .? (Tentu dengan memilih buku-buku yang sesuai dengan pemahaman yang dipahami oleh para Shahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, karena banyak juga buku-buku Islam yang tersebar di pasaran justru merusak pemahaman Islam yang benar, pent).
20. Apakah anda telah memintakan ampunan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk saudara-saudara mukminin dan mukminah .? Karena setiap mendo'akan mereka anda akan mendapat kebajikan pula.
21. Apakah anda telah memuji Allah Subhanahu wa Ta'ala (dan bersyukur kepada-Nya, pent) atas nikmat Islam .?
22. Apakah anda telah memuji Allah Subhanahu wa Ta'ala atas nikmat mata, telinga, hati dan segala nikmat lainnya .?
23. Apakah anda hari-hari ini telah bersedekah kepada fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkannya .?
24. Apakah anda dapat menahan marah yang disebabkan urusan pribadi, dan berusaha untuk marah karena Allah Subhanahu wa Ta'ala saja .?
25. Apakah anda telah menjauhi sikap sombong dan membanggakan diri sendiri .?
26. Apakah anda telah mengunjungi saudara seagama, ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta'ala .?
27. Apakah anda telah menda'wahi keluarga, saudara-saudara, tetangga, dan siapa saja yang ada hubungannya dengan diri anda .?
28. Apakah anda termasuk orang yang berbakti kepada orang tua .?
29. Apakah anda mengucapkan "Innaa Lillahi wa innaa ilaihi raji'uun" jika mendapatkan musibah .?
30. Apakah anda hari ini mengucapkan do'a ini : " Allahumma inii a'uudubika an usyrika bika wa anaa a'lamu wastagfiruka limaa la'alamu = Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari menyekutukan Engkau sedangkan aku mengetahui, dan aku memohon ampun kepada-Mu terhadap apa-apa yang tidak aku ketahui". Barangsiapa yang mengucapkan yang demikian, Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menghilangkan darinya syirik besar dan syirik kecil. (Lihat Shahih Al-Jami' No. 3625).
31. Apakah anda berbuat baik kepada tetangga .?
32. Apakah anda telah membersihkan hati dari sombong, riya, hasad, dan dengki .?
33. Apakah anda telah membersihkan lisan dari dusta, mengumpat, mengadu domba, berdebat kusir dan berbuat serta berkata-kata yang tidak ada manfaatnya .?
34. Apakah anda takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam hal penghasilan, makanan dan minuman, serta pakaian .?
35. Apakah anda selalu bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan taubat yang sebenar-benarnya di segala waktu atas segala dosa dan kesalahan .?
Saudaraku ..
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di atas dengan perbuatan, agar kita menjadi orang yang beruntung di dunia dan akhirat, inysa Allah.
diambil dari: milis assunnah, message ke-277; posting dari Saudara Yayat Ruhiyat.
HILANMGKAN DENGKI
Diriwayatkan dari Anas bin Malik, dia berkata:
Saat kami sedang duduk-duduk bersama rasulullah saw, beliau bersabda,’akan datang kepada kalian sekarang ini seorang laki-laki penghuni surga’. Tiba-tiba ada seorang laki-laki dari kaum anshar yang datang sementara bekas air wudhu masih mengalir di jenggotnya, sedang tangan kirinya memegang terompah. Keesokan harinya Rasulullah saw mengatakan seperti perkataanya yang kemarin. Lalu muncullah laki-laki itu lagi persis seperti kedatangannya pertama kali. Di hari ketiga Rasulullah saw mengatakannya lagi dan datanglah laki-laki itu lagi seperti kedatangannya pertama kali. Setelah Rasulullah beranjak abdullah bin amr bin Ash membuntuti laki-laki tadi sampai ke rumahnya.
Lalu abdullah berkata,’Aku telah bertengkar dengan ayahku, kemudian aku bersumpah untuk tidak mendatanginya selama tiga hari. Bila kau setuju aku mau tinggal bersamamu sampai tiga hari.’ Dia menjawab, ‘ya, boleh.’’’
Anas berkata: Abdullah menceritakan bahwa ia telah menginap di tempat laki-laki itu selama tiga hari. Dia lihat orang itu sama sekali tidak bangun malam (tahajjud).
Hanya saja, setiap kali ia terjaga dan menggeliat di atas ranjangnya, dia selalu membaca dzikir dan takbir sampai dia bangun untuk melaksanakan sholat subuh. Selain itu kata abdullah, ‘aku tidak pernah mendengarnya berbicara kecuali yang baik-baik. Setelah tiga malam berlalu dan hampir saja aku menyepelekan amalnya, aku terusik untuk bertanya, ‘wahai hamba allah, sesungguhnya tidak pernah terjadi pertengkaran antara aku dan ayahku, aku hanya mendengar Rasulullah saw berkata tentang dirimu tiga kali, bahwa akan datang kepada kalian ini seorang laki-laki penghuni surga dan sebanyak tiga kali itu kaulah yang datang. Maka akupun ingin bersamamu agar aku bisa melihat apakah amalanmu itu dan nanti akan aku tiru. Tetapi ternyata kau tidak terlalu banyak beramal. Apakah sebenarnya yang membuatmu bisa mencapai seperti apa yang disabdakan Rasulullah saw?’. Maka dia menjawab, “Aku tidak mempunyai amalan kecuali seperti apa yang engkau lihat sendiri.’ Ketika aku hendak berpaling pergi, dia memanggilku lalu berkata, ‘benar amalanku hanya yang kau lihat sendiri, hanya saja aku tidak mendapatkan sifat curang terhadap seorang pun dari kaum muslimin. Aku juga tidak iri atas karunia Allah swt yang diberikan kepadanya’. Maka Abdullah bin Amr berkata, ‘inilah amalan yang telah menyampaikanmu pada derajat tinggi dan inilah yang berat untuk kami lakukan. (Abu Abdurrahman) Riwayat Ahmad, Al-Musnad 3/166. Berkata Al-Hafidh Al-‘Iraqi, sanadnya shahih sesuai dengan sarat Al-Bukhari dan Muslim.
RENUNGAN
Lalu abdullah berkata,’Aku telah bertengkar dengan ayahku, kemudian aku bersumpah untuk tidak mendatanginya selama tiga hari. Bila kau setuju aku mau tinggal bersamamu sampai tiga hari.’ Dia menjawab, ‘ya, boleh.’’’
Anas berkata: Abdullah menceritakan bahwa ia telah menginap di tempat laki-laki itu selama tiga hari. Dia lihat orang itu sama sekali tidak bangun malam (tahajjud).
Hanya saja, setiap kali ia terjaga dan menggeliat di atas ranjangnya, dia selalu membaca dzikir dan takbir sampai dia bangun untuk melaksanakan sholat subuh. Selain itu kata abdullah, ‘aku tidak pernah mendengarnya berbicara kecuali yang baik-baik. Setelah tiga malam berlalu dan hampir saja aku menyepelekan amalnya, aku terusik untuk bertanya, ‘wahai hamba allah, sesungguhnya tidak pernah terjadi pertengkaran antara aku dan ayahku, aku hanya mendengar Rasulullah saw berkata tentang dirimu tiga kali, bahwa akan datang kepada kalian ini seorang laki-laki penghuni surga dan sebanyak tiga kali itu kaulah yang datang. Maka akupun ingin bersamamu agar aku bisa melihat apakah amalanmu itu dan nanti akan aku tiru. Tetapi ternyata kau tidak terlalu banyak beramal. Apakah sebenarnya yang membuatmu bisa mencapai seperti apa yang disabdakan Rasulullah saw?’. Maka dia menjawab, “Aku tidak mempunyai amalan kecuali seperti apa yang engkau lihat sendiri.’ Ketika aku hendak berpaling pergi, dia memanggilku lalu berkata, ‘benar amalanku hanya yang kau lihat sendiri, hanya saja aku tidak mendapatkan sifat curang terhadap seorang pun dari kaum muslimin. Aku juga tidak iri atas karunia Allah swt yang diberikan kepadanya’. Maka Abdullah bin Amr berkata, ‘inilah amalan yang telah menyampaikanmu pada derajat tinggi dan inilah yang berat untuk kami lakukan. (Abu Abdurrahman) Riwayat Ahmad, Al-Musnad 3/166. Berkata Al-Hafidh Al-‘Iraqi, sanadnya shahih sesuai dengan sarat Al-Bukhari dan Muslim.
RENUNGAN
Puji syukur ke hadirat Alloh, Tuhan semesta alam, Dzat yang mencipta siang dan malam, tiada sesembahan yang berhaq disembah selain Dia. Salam dan shalawat tercurah kepada Rosulullah SAW.
Ikhwan wa akhwat rahimakumullah……
Para rosul diutus oleh Alloh Ta’ala, semenjak terjadinya kemusyrikan pertama kali terjadi di muka bumi ini. Kemudian secara beriringan Dia mengutus para rasul dan nabi yang lainnya. Ikhwan wa akhwat rahimakumullah……
Semua dengan tujuan yang sama, yaitu mengesakan Alloh di dalam dan menjauhi kemusyrikan:
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul kepada setiap umat (untuk menyerukan):’Beribadahlah kepada Alloh saja dan jauhilah thoghut (apa saja yang disembah selain Alloh)’”. (An-Nahl:36)
Semuanya dengan wahyu yang sama, yaitu mengesakan Alloh di dalam ibadah dan menjauhi thoghut serta kemusyrikan: “Dan Kami tidak mengutus seorang rosulpun sebelummu, kecuali Kami wahyukan kepadanya: Bahwasananya tidak ada Ilah (yang haq) kecuali Aku. Maka beribadahlah kepada-Ku”. (Yusuf:25)
Semua berada pada jalan yang sama, yaitu memulai da’wah untuk mengesakan Alloh di dalam ibadah dan menjauhi kemusyrikan: “Wahai kaumku, beribadahlah kepada Alloh, kamu sekali-kali tidak mempunyai Ilah (sesembahan) selain-Nya” (Al-A’raf:59,65,73,85)
Memang jin dan manusia diciptakan hanyalah untuk mengesakan Alloh dalam beribadah dan menjauhi kemusyrikan. Alloh berfirman: “ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku” (Adz-Dzariyat:56)
Itulah hikmah diutusnya para rosul.
Itulah inti diutusnya para rosul.
Itulah jalan para rosul.
Itulah tujuan da’wah para rosul.
Dan itulah semestinya tujuan da’wah para pengikut para rosul.
Ya akhi wa akhwat pencinta Al-Qur’an…………
Kalau memang demikian jelas dan gamblang masalah ini, mengapa muncul ide-ide dan suara-suara yang tidak seirama. Ada orang yang mengatakan : Mungkin telah jelas kepada anda dari tulisan-tulisan dan buku-buku kami, bahwa tujuan terakhir yang kita tuju dari perjuangan ini adalah mengadakan revolusi kepemimpinan. Yang kami maksudkan adalah bahwa apa yang ingin kita raih di dunia ini adalah membersihkan bumi persada dari noda-noda kepemimpinan orang-orang fasiq dan durhaka, dan kita tegakkan di dunia ini sistem pemerintahan yang shalih dan lurus. Maka usaha dan perjuangan yang berkesinambungan inilah yang kami anggap sebagai sarana yang terbesar dan tersukses untuk meraih ridha Alloh dan emncari pahala melihat Wajah-Nya yang tertinggi di dunia dan akherat.(Al-Ususul Akhlaqiyah Lil Haraqah Al-Islamiyah, hal 16)
Sangat disayangkan perkataan seperti inilah yang laris di kalangan pemuda yang bersemangat sangat tinggi, dan mereka menganggapnya sebagai kebenaran. Orang yang tidak seide dengan mereka tidak dianggap melakukan perjuangan dan amal untuk Islam yang sebenarnya!
Padahal: ‘Mungkin antum sendiri, yang bijaksana lagi faham, yang hafal Al-Qur’an dan membacanya di waktu malam dan penghujung siang serta memperhatikan sepak terjang da’wah para rosul semenjak yang pertama sampai yang terakhir, tidak mengetahui bahwa inilah tujuan para nabi yang mereka perjuangkan. Dan tidak mengetahui bahwa usaha dan perjuangan tersebut merupakan sarana terbesar dan tersukses meraih ridha Alloh dan mengharap pahala melihat Wajah-Nya. Bahkan ( sebenarnya) sarana terbesar dan tersukses untuk meraih ridha Ar-Rabb adalah mengikuti jalan da’wah para rosul dan meniti langkah mereka di salam membersihkan bumi dari kerusakan dan kemusyrikan, dan juga sarana yang terbesar adalah Islam dan Iman beserta rukun-rukunnya yang telah dikenal.” (Manhajul Anbiya’ Fid Dakwah Illah, hal:140, syeikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali).
Demikian juga yang mengatakan : “ Tujuan agama yang sebenarnya adalah menegakkan sistem pemerintahan yang shalih dan lurus” (Al-Ususul Akhlaqiyah, hal:22). Perkataan ini tidak memiliki sanad, “Karena sesungguhnya tujuan agama yang sebenarnya adalah tujuan penciptaan jin dan manusia, dan tujuan diutusnya para rosul serta diturunkannya kitab-kitab adalah ibadah kepad Allah serta mengikhlaskan ketundukkan kepada-Nya”(Manhajul Anbiya; Fid Dakwah Ilallah, hal:144, Syeikh Rabi’ bin Hadi Al-Mandkhali)
Wahai akhi wa ukhti tercinta………..
Permasalahan POLITIK sering kali dikaitkan dengan masalah IMAMAH/KEKUASAAN, dimana memang selalu menarik untuk dibicarakan. Seiring tabiat manusia yang suka terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kekuasaan.Tidak syak lagi, bahwa masalah tersebut merupakan salah satu dari sekian banyak permasalahan dalam dien yang mulia ini. Namun amat disayangkan, sebagian orang/kelompok menyikapi masalah “kekuasaan” ini secara berlebihan .Mereka manganggap masalah POLITIK serta kroni terdekatnya-KEKUASAAN- adalah perkara yang paling urgen sekarang ini, bahkan mereka menganggap kekhalifahan merupakan solusi satu-satunya untuk mengentaskan seabrek problematika yang tenganh menimpa umat Islam ini.
Sedang di lain pihak, mereka memandang rendah orang-orang yang berusaha menjauhkan diri dari lumpur jerat dosa politik, khususnya Ahlu sunnah wal jama’ah. Ahlu sunnah wal jamaah merupakan kelompok extrim, mereka hanya ngurus soal aqidah melulu, mereka adalah pemecah belah umat mereka adalah……(dsb…..dsb)…..segunung “gelar” mereka sandangkan ke Ahlu sunnah wal jamaah. APA BENAR DEMIKIAN?
Untuk menjawab masalah tersebut, kita perlu menilik kembali sirah da’wah Rosulullah SAW. Kita bersama sudah sepakat untuk bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah SESUAI dengan pemahaman generasi umat ini, generasi para shahabat. BUKAN berdasarkan dengan analisa akal atau perasaan yang bersifat nisbi dan spekulatif.
Beberapa pandangan alim ulama tentang imamah:
Imam Abul Hasan Al-Mawardi: “Imamah ditegakkan sebagai salah satu sarana untuk meneruskan Khilafatun Nubuwwah dalam rangak memelihara dien dan mengatur urusan dunia. Menegakkannya di tengah-tengah umat adalah wajib berdasarkan ijma’ bagi yang berwenang untuk itu, meskipun Al-Asham menyelisihi ijma tersebut. Kemudian yang diperselisihkan adalah, apakah hal itu wajib berdasarkan syar’I atau berdasarkan akal?”
Sebagian ulama berkata: “Wajib berdasarkan akal! Sebab secara tabiat, orang yg berakal pesti menyerahkan urusan mereka kepada seorang pemimpin yg dapat melindungi mereka dari tindak kedholiman.
Seorang penyair bernama Al-Afwah Al-Audi berkata:
Urusan manusia akan hancur berantakan bila tanpa pemimpin.
Dan tidak ada gunanya pemimpin,
Jika orang-orang bodoh yg menguasainya.
Sebagian yg lain berpendapat: “Wajib berdasarkan dalil syar’i bukan dengan akal. Sebab seorang imam berkewajiban menerapkan hukum-hukum syari’at. Telah dibuktikan dengan akal itu sendiri bahwa saran ibadah tidak mungkin ditetapkan dengan logika. Oleh karena itu, akal bukanlah faktor yg mewajibkannya.”
Dengan demikian, telah ditetapkan wajibnya mengangkat seorang imam status wajibnya adalah wajib kifayah, seperti halnya jihad, menuntut ilmu, dll.(ahkamus Sulthaniyah hal 5-6). Jadi hal ini termasuk FIQH yang tercantum dalam buku-buku fiqh beserta syarat-syaratnya. BUKAN termasuk masalah ushuludin apalagi rukun Islam. Masalah tsb tercantum dalam buku-buku furu’(fiqh) yg sangat mungkin timbul perbedaan pendapat.
Bahkan mengangkat masalah imamah lebih dari yg semestinya serta berlebih-lebihan dalam mempropagandakannya termasuk dasar agama SYI’AH RAFIDHAH.
Ibnul Muthahhir Al-Hulli, berkata dalam bukunya “Amma Ba’du, risalah yang mulia dan manakala yang menyentuh ini mencantumkan tuntutan TERPENTING dalam hukum Islam dan termasuk maslaha kaum muslimin yang PALING AGUNG, yaitu masalah imamah. Hanya melalui masalah itulah derajat yang mulia dapat diraih. Masalah imamah TERMASUK salah satu rukun iman, yang meruoakan sebab dapat kekal di dalam surga serta dapat terhindar dari murka ALLOH (Minhajus Sunnah I/20).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah membantah ucapan di atas, beliau berkata : “Sesungguhnya yang berpendapat bahwa maslah ‘imamah’ adalah tuntutan yang paling urgen di dalam hukum Islam dan merupakan masalah kaum muslimin yang paling mulia adalah DUSTA BELAKA berdasarkan ijma kaum muslimin, baik dari kalangan Ahlu sunnah maupun kalangan Syi’ah. Bahkan pendapat seperti itu adalah kekufuran. Sebab masalah iman kepada Alloh dan Rosul-Nya lebih penting dari pada masalah ‘imamah’. Hal itu sudah sangat dimaklumi di dalam dienul Islam. Seorang kafir tidak akan menjadi seorang mukmin hingga ia bersyahadat Laa Ilaaha Illallaahu wa Anna Muhammadan Rasulullah. Atas dasar itulah Rosulullah SAW memerangi kaum kafir. (Minhajus Sunnah An-Nabawiyyah I/16)
Syaikh Rabi’ bin Hadi menyimpulkan: “Anda dapat melihat, alim ulama menggolongkan masalah ini dalam masalah furu’. Masalah ‘imamah’ tidak lebih hanyalah wasilah (bukan tujuan utama) yang berfungsi sebagai pelindung dienul Islam dan pengatur urusan dunia. Apakah layak masalah ‘imamah yang diperbolehkan dalil wajibnya tsb dikatakan sebagai “tujuan dien yang hakiki”, “ kewajiban utama para nabi” dan ungkapan-ungkapan lainnya yang berlebihan? Yang membesar-besarkan masalah itu lebih dari ukurannya? Lalu meremehkan masalah aqidah dan prinsip-prinsip dien lainnya? (Manhajul Anabiya’ fid Da’wati Ilallah hal155)
Ya ikhwan wa akhwat yang senantiasa menjaga tingkah lakunya……………..sering pikiran kita diserang dng pertanyaan-pertanyaan yg membingungkan, kecuali kalau kita sudah mempunyai dasar yg kuat. Seperti: AQIDAH TAUHID TERLEBIH DAHULU ATAUKAH KEKUASAAN?
Tentu saja, aqidah yang benar adalah jaminan kemenangan umat yang mulia ini. Dapat kita teladani gambaran dari masyarakat Madinah yang dibina langsung oleh Rosulullah SAW. Dalam riwayat Mu’awiyah bin Al Hakam As-Sulami disebutkan bahwa Rosulullah pernah bertanya: “Dimana Alloh?” kepada seorang budak wanita yang sehari-harinya menggembalakan kambingnya di Jawwaniyah. Ternyata budak wanita tsb dapat menjawab dengan tepat tanpa ada satu titik keraguanpun. Artinya adalah keyakinan dan aqidah seperti itu sudah merata di kota Madinah, hingga seorang budak wanita yang sehari-harinya menggembalakan kambing jauh di luar kota juga mengetahuinya.
Dengan masyarakat seperti itulah agama Islam mencapai kejayaannya. Hingga daulah mereka terbentang dari Andalusia sampai ke negeri China. Benarlah janji Alloh dalam surat An-Nur:55 : “Dan Alloh telah berjanji kepada orang-orang yg beriman diantara kamu dan mengerjakan amal sholeh, bahwa Dia akan bersungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimanaa Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa. Dan sungguh Dia akan menegakkan bagi mereka agama yg telah diridhoi-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukarkan keadaan mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa tetap kafir sesudah janji itu , maka mereka itulah orang-orang yang fasiq”
Sekarang kita lihat kondisi umat Islam sekarang ini, terutama di sekitar kita -Indo dan sekitarnya- apakah mereka mengetahui masalah aqidah yang sederhana tadi? Cukup realita yang menjawabnya! Padahal dalam ayat lain Alloh berfirman: “Maka jika mereka kepada apa yang telah beriman kepadanya, sungguh mereka mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka dalam permusuhan(dengan kamu). Maka Alloh akan memelihara kamu dari mereka. Dan dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah:137)
Wahai akhi wa ukhti sekalian………
Berpaling dari aqidah yg benar adalah sumber perpecahan, permusuhan, dan pertikaian. Jelaslah bahwa JALAN menuju kejayaan umat adalah dengan memperbaiki aqidah mereka terlebih dahulu dari noda-noda syirik. Karena itu kita harus memulainya dengan meluruskan aqidah terlebih dahulu, mendidik generasi berikutnya atas dasar aqidah yg benar, sehingga terwujud suatu generasi tahanuji dan sabar dalam menghadapi berbagai cobaan, sebagaimana yg terjadi pada generasi awal Islam. (Minhajul Firqatun Najiyah, Syaikh Muh. Jamil Zainu)
Dari uraian di atas dapatlah kita simpulkan bahwa para nabi tidaklah diutus untuk menumbangkan satu daulah dan menegakkan daulah lainnya. Mereka bukanlah pengejar kekuasaan dan bukan pula termasuk orang yangberlomba-lomba merebutnya. Mereka jauh dari INTRIK-INTRIK POLITIK yang menyimpang. Mereka hanyalah membawa hidayah bagi alam semesta, menyelamatkan umat manusia dari kesesatan bid’ah dan syirik, mengeluarkan umat manusia dari alam kegelapan kepada cahaya yang terang benderang. Serta memperingatkan umat manusia dari murka Alloh.
Ya para pecinta Qur’an yg senantiasa membacanya…….
Kita semua pasti tahu melalui sirah para nabi, meskipun kekuasaan disodorkan kepada mereka, pastilah mereka tolak. Padahal bisa saja mereka menerimanya lalu memerintahkan para pengikutnya untuk menaatinya, tapi mengapa tidak? Karena mereka tetap memilih, mereka tetap konsisten di atas jalur da’wah kepada jalan Alloh. Sebagaimana tawaran kaum kafir Quraisy kepada Rosulullah SAW yg secara tegas beliau tolak. Pernah juga ditawarkan kepada beliau apakah suka menjadi nabi merangkap raja ataukah menjadi seorang hamba dan rosul. Beliau lebih memilih menjadi seorang jamba dan rosul. Diriwatkan dari Abu Hurairah, ia berkata: “Malaikat Jibril as. Pernah menemui Rosulullah SAW. Kemudian ia menatap langit, ternyata seorang malaikat sedang turun. Malaikat Jibril as. berkata “ Wahai Muhammad, Alloh telah mengutusku kepadamu, Dia memberimu pilihan:’apakah engkau suka menjadi seorang nabi marangkap raja ataukah seorang hamba dan rosul?” Malaikat Jibril as. berkata kepada Rosulullah SAW “bersikap tawadhu’lah terhadap Rabbmu!” Rosulullah SAW akhirnya menjawab: “Aku lebih senang menjadi seorang hamba dan Rosul!” (H.R. Ahmad II/231)
Ya akhi wa ukhti rahimakumullah………..
Telah begitu jelas petunjuk serta jalan dan contoh yg telah dijelaskan Alloh melalui para nabi-Nya. Kalau boleh ana buat perumpamaan, makanan yg lezat, mengenyangkan lagi bergizi tinggi telah dihidangkan kepada kita, kita tinggal memakannya tanpa bersusah payah tapi mengapa kita malah berpaling? Mengapa kita malah mengorek-orek tong sampah untuk mencari makanan yg tidak jelas sumbernya, yg kotor lagi membuat celaka? Itulah perumpamaan bagi orang-orang ahlu bid’ah, ahlu hawa yang senantiasa mengacaukan pemikiran serta menyesatkan orang muslim dari jalan yg lurus.
Demikianlah sikap seorang ahlus sunnah terhadap setiap masalah, senatiasa mencari solusinya dari apa yg terdapat dalam Kitabullah dan Sunnah Rosulullah SAW.
Ikhwan wa akhwat fillah, akhirnya marilah kita berdoa dan mengharap kepada Alloh, agar kita diberi kekuatan hati serta iman dalam menghadapi berbagai cobaan dan tantangan. Semoga dengan demikian kita termasuk ke dalam golongan Ath-Thaifah Al-Manshurah, golongan Al-Firqotun Najiyah, ahlu ittiba’, ahlu atsar yang senantiasa mencontoh jejak Rosulullah SAW serta para shahabatnya.
Jazakumulloh khoiron atas perhatian antum semua.
Wallahu Waliyyut Taufiq
0 komentar:
Posting Komentar