New Templates

Jumat, 03 Juni 2011

Adab dalam Perjalanan

Kitab Adab-adab Kesopanan Berpergian, Sunnahnya Keluar Pada Hari Khamis Dan Sunnahnya Pergi Di Permulaan Siang Hari


953. Dari Ka'ab bin Malik r.a. bahawasanya Nabi s.a.w. keluar pada hari peperangan Tabuk pada hari Kamis. Beliau s.a.w. itu memang suka sekali keluar berpergian pada hari Khamis. (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat kedua kitab shahih Bukhari dan Muslim disebutkan:

"Niscayalah sedikit sekali -yakni jarang benar- Rasulullah s.a.w. itu keluar berpergian, melainkan pada hari Khamis."

954. Dari Shakhr bin Wada'ah al-Ghamidi as-Shahabi r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Ya Allah, berikanlah keberkahan kepada ummatku pada waktu pagi harinya."

Rasulullah s.a.w. apabila hendak mengirimkan suatu pasukan -yang beliau s.a.w. sendiri tidak menyertainya - atau hendak mengirimkan tentera - untuk peperangan, maka beliau s.a.w. mengirimkannya - yakni diberangkatkan - di permulaan siang hari -jadi pagi-pagi sekali.

Shakhr adalah seorang pedagang. la mengirimkan dagangannya itu selalu di permulaan siang hari, maka menjadi kayalah ia dan meluaplah serta banyaklah hartanya.

Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud serta Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan.

Sunnahnya Mencari Kawan ~ Dalam Berpergian — Dan Mengangkat Seorang Di Antara Yang Sama-sama Pergi Itu Sebagai Pemimpin Mereka Yang Harus Diikuti Oleh Peserta-peserta Perjalanan Itu


955. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma.katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Andaikata para manusia itu mengetahui - bencana-bencana keduniaan dan keakhiratan - dengan sebab bepergian sendirian sebagaimana yang dapat saya ketahui, niscayalah tidak akan ada seorang pengendara yang pergi di waktu malam sendirian saja." (Riwayat Bukhari)

956. Dari 'Amr bin Syu'aib dari ayahnya dari nenek lelakinya r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Seorang yang berkenderaan sendirian - maksudnya pergi seorang diri tanpa kawan - adalah seperti cara perginya syaitan, dua orang yang berkenderaan - yakni pergi berduaan - adalah seperti cara perginya dua syaitan, sedang tiga orang yang sama-sama berpergian adalah sepasukan dalam perjalanan," yang dapat bantu-membantu dan ini adalah baik serta tidak seperti cara perginya syaitan.

Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud, Termidzi dan Nasa'i dengan isnad-isnad shahih dan Imam Termidzi mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan.

* Orang yang berkenderaan atau bahasa Arabnya Arrakib, menurut asalnya bererti orang yang menaiki unta, tetapi lalu digunakan secara umum untuk setiap orang yang pergi berkenderaan. Maksud Hadis ini ialah bahawasanya menyendiri di waktu berpergian itu adalah termasuk kelakuan syaitan atau merupakan sesuatu yang menyebabkan mudah digoda oleh syaitan itu. Jadi Hadis ini adalah sebagai anjuran, agar supaya dalam berpergian itu senantiasa berkawan dengan orang lain, sedikitnya berjumlah tiga orang.

957. Dari Abu Said dan Abu Hurairah radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau ada tiga orang yang keluar dalam berpergian, maka hendaklah mereka mengangkat seseorang di kalangan mereka sendiri itu untuk menjadi pemimpinnya."

Hadis hasan yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad hasan.

958. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w., sabdanya:

"Sebaik-baik sahabat itu empat orang, sebaik-baik pasukan itu ialah empat ratus orang, sebaik-baik tentrra - induk pasukan - itu ialah empat ribu orang dan jumlah dua belas ribu orang itu tidak akan terkalahkan dengan sebab sedikitnya." Jadi kalau kalah, tentulah kerana Iain-Iain, seperti timbulnya kesombongan, lembiknya semangat atau sebab-sebab lain lagi.

Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dan Termidzi mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan.
Adab-adab Kesopanan Perjalanan, Turun, Menginap Dan Tidur Dalam Berpergian, Juga Sunnahnya Berjalan Malam, Belas-kasihan Pada Binatang-binatang Menjaga Kemaslahatan-kemaslahatan Binatang-binatang Tadi Serta Menyuruh Orang Yang Teledor Membehkan Hak Binatang-binatang Tadi Supaya Memberikan Haknya Dan Bolebnya Naik Di Belakang Di Atas Binatang Kenderaan, Jikalau Binatang itu Kuat Dinaiki — Sampai Dua Orang


959. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:


"Jikalau engkau semua bepergian melalui tempat yang subur, maka berikanlah pada unta itu akan haknya dari bumi - yakni berikanlah ia kesempatan makan secukupnya. Tetapi jikalau engkau semua bepergian melalui tempat yang tandus, maka percepatkanlah binatang-binatang itu untuk segera dapat sampai di tempat tujuannya sebelum kehabisan sumsumnya - yakni sebelum kehabisan tenaga kerana sukarnya perjalanan.

Jikalau engkau semua bermalam di jalanan, maka jauhilah menempati tempat lalu lintas, sebab tempat-tempat itu memang untuk jalannya segala macam binatang dan juga tempat tinggalnya binatang-binatang yang merayap di waktu malam." (Riwayat Muslim)

Makna A'thul ibila hazhzhaha minal ardhi ialah belas kasihani-unta itu dalam perjalanannya supaya dapat pula sambil makan-makan di kala melakukan perjalanannya. Sabdanya niqyaha, dengan kasrahnya nun dan sukunnya qaf dan dengan ya' mutsannat di bawah - titik dua di bawah - ertinya ialah sumsum. Adapun maksudnya ialah: "Percepatkanlah berjalan dengan binatang itu sehingga segera sampai di tempat yang dituju sebelum lenyap Sumsumnya - yakni sebelum kehabisan tenaga - kerana sukarnya perjalanan yang ditempuh. Adapun Atta'ris ertinya ialah turun menginap di waktu malam.

960. Dari Abu Qatadah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. itu apabila berpergian lalu menginap di waktu malam, beliau s.a.w. berbaring pada sebelah kanan tubuhnya dan jikalau tidur sebelum hampir waktu subuh, maka beliau s.a.w. menegakkan lengan tangan dan meletakkan kepalanya di atas tapak tangannya itu." (Riwayat Muslim)

Para alim ulama berkata: "Hanyasanya beliau s.a.w. itu menegakkan lengan tangannya tadi agar supaya tidak tenggelam dalam tidurnya - yakni terlampau nyenyak - sehingga akan terlambat bangun untuk shalat subuh melewati waktunya atau melewati permulaan waktunya."

961. Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Hendaklah engkau semua berpergian di waktu malam, sebab sesungguhnya bumi itu dilipat di waktu malam itu." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad hasan. Adduljah ialah berjalan di waktu malam.

962. Dari Abu Tsa'labah r.a., katanya: "Orang-orang itu apabila turun di suatu ternpat berhenti, mereka suka berpisah-pisah di lereng-lereng dan lembah-lembah. Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Sesungguhnya berpisah-pisahmu di lereng-lereng dan lembah-lembah ini, hanyasanya itu adalah dari cara yang dilakukan syaitan.

Maka tidak lagi sesudah itu mereka turun berhenti di sesuatu tempat melainkan yang sebahagian berkumpul dengan sebahagian yang 'lain.

Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad hasan.

963. Dari Sahl bin 'Amr, ada yang mengatakan Sahl bin ar-Rabi'

'Amral-Anshari yang terkenal dengan nama Ibnul Hanzaliyah. la adalah golongan orang-orang yang ikut menyertai Bai'atur Ridhwan r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. berjalan melalui seekor unta yang punggungnya telah menempel dengan perutnya-yakni sudah lelah dan nampak lapar serta kurus sekali, lalu beliau s.a.w. bersabda:

"Takutlah engkau semua kepada Allah dalam memelihara binatang-binatang yang bisu ini. Naikilah ia dengan baik-baik dan makanlah ia dengan baik-baik pula."

Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.

964. Dari Abu Ja'far iaitu Abdullah bin Ja'far radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya dinaikkan oleh Rasulullah s.a.w. di belakangnya - di atas punggung seekor binatang kenderaan - pada suatu hari dan beliau memberitahukan sesuatu pembicaraan kepada saya secara rahsia yang tidak akan saya beritahukan kepada siapapun juga di antara seluruh manusia ini. Sesuatu yang paling disenangi oleh Rasulullah s.a.w. untuk dijadikan sebagai tabirnya di waktu membuang hajatnya ialah sesuatu yang tinggi-tanah ataupun pasir - juga kumpulan pohon kurma yang rimbun. ]adi semacam dinding yang terdiri dari pohon-pohon kurma."

Diriwayatkan oleh Imam Muslim demikian ini secara ikhtisar.

Al-Barqani menambahkan di situ, dengan isnad Imam Muslim sebagaimana yang di belakang ini sesudah ucapannya kumpulan pohon-pohon kurma: "Lalu beliau s.a.w. memasuki dinding milik seorang lelaki dari golongan sahabat Anshar, tiba-tiba di situ ada seekor unta. Setelah Rasulullah s.a.w, melihatnya, maka unta itupun meringik - atau merintih - dan kedua matanya melelehkan airmata. la lalu didatangi oleh Nabi s.a.w. kemudian diusaplah puncak punggungnya -yakni punuknya -dan pula tengkuknya-yang dekat telinganya, selanjutnya unta itu pun berdiamlah. Setelah itu beliau s.a.w. bertanya: "Siapakah yang memiliki unta jni? Siapakah yang mempunyai unta ini?" Lalu datanglah seorang pemuda dari golongan sahabat Anshar dan ia berkata: "Ini adalah kepunyaan saya, ya Rasulullah." Beliau s.a.w. lalu
bersabda: "Tidakkah engkau takut kepada Allah dalam memelihara binatang ini yang telah diserahkan oleh Allah untuk menjadi milikmu. Unta itu mengadu kepada saya bahawa engkau membiarkannya ia lapar dan membuat ia amat lelah."

Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud sebagaimana riwayatnya al-Barqani.

Ucapannya: dzifrahu, dengan kasrahnya dzal mu'jamah dan Sukunnya fa', ini adalah lafaz mufrad muannats. Ahlullughah berkata: Adzdzifra ialah tempat yang berpeluh dari unta yang terletak di belakang telinga. Adapun tud-ibuhu ertinya ialah engkau membuatnya sangat lelah.

965. Dari Anas r.a., katanya: "Kita semua apabila turun di suatu tempat pemberhentian, maka kita tidak akan bertasbih dulu -maksudnya tidak melakukan shalat sunnah dulu - sehingga kita lepaskan beban-beban itu - dari punggung unta."

Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad menurut syaratnya Imam Muslim.

Ucapannya: Ia nusabbihu ertinya ialah kita tidak bersembahyang sunnah dulu, sedang maksudnya ialah bahawa sekalipun kita gemar sekali melakukan shalat, namun demikian kita tidak akan mendahulukan melakukannya sebelum menurunkan beban-beban itu dari punggung binatang serta mengistirahatkannya.

Menolong Kawan


Dalam bab ini ada beberapa Hadis yang banyak sekali dan sudah terdahulu huraiannya, seperti Hadis - yang artinya: "Dan Allah itu selalu memberikan pertolongan kepada hambaNya, selama hamba itu memberikan pertolongan kepada saudaranya," lihat Hadis no. 245 - dan juga seperti Hadis - yang artinya: "Setiap perbuatan baik itu adalah sedekah," lihat Hadis no. 134 - dan Iain-lain Hadis yang menyerupainya.

966. Dari Abu Said al-Khudri r.a., katanya: "Pada suatu ketika ;kita sedang bepergian, tiba-tiba datanglah seorang lelaki yang naik di atas kendaraannya,lalu ia menolehkan pandangannya kesebelah kanan dan kiri. Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang kelebihan kendaraan, maka hendaklah mempereratkan persaudaraan kepada orang yang tidak mempunyai kendaraan dan barangsiapa yang mempunyai kelebihan bekal, maka hendaklah ra mempereratkan persaudaraan kepada orang yang tidak mempunyai bekal lagi." Selanjutnya beliau s.a.w. menyebutkan berbagai macam harta sekehendak yang beliau sebutkan, sehingga kita semua meyakinkan bahwasanya siapapun juga di kalangan kita itu tidak mempunyai hak terhadap apa-apa yang sudah kelebihan dari yang diperlukan. (Riwayat Muslim)

967. Dari Jabir r.a. dari Rasulullah s.a.w. bahwasanya beliau sa.w. hendak berangkat berperang, lalu bersabda:

Hai sekalian kaum Muhajirin dan Anshar, sesungguhnya di antara saudara-saudaramu ini ada suatu kaum yang mereka itu tidak mempunyai harta dan pula tidak mempunyai keluarga, maka dari itu Seseorang di antara engkau semua hendaklah menggabungkan pada dirinya dua orang atau tiga orang lagi - maksudnya yang tidak mampu itu diberi segala pembiayaannya dalam peperangan. Maka tiada seorangpun dari kita yang mempunyai kendaraan yang dapat digunakan untuk membawanya - yakni untuk kenaikannya dalam perjalanan, melainkan sama gilirannya seperti giliran yang lain - jadi kalau yang mempunyai kendaraan itu naik selama sejam, maka orang miskin yang digabungkan itupun dapat menaiki selama sejam pula. Jabir berkata: "Saya menggabungkan pada diriku sebanyak dua atau tiga orang. Jadi gilirannya naik untaku tiada lain kecuali sama antara giliran yang satu dengan orang lain. (Riwayat Abu Dawud)

968. Dari Jabir r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. selalu membelakang di waktu dalam perjalanan, maka beliau membimbing orang yang lemah dan menaikkan di belakangnya - dalam kendaraan yang dinaikinya, juga mendoakan padanya." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad hasan.

Apa-Apa Yang diucapkan apabila seseorang itu menaiki
kenderaannya untuk perjalanan.


Allah Ta'ala berfirman:

Allah menjadikan untukmu semua kapal dan binatang ternak itu sebagai kenderaan untukmu, agar supaya engkau semua dapat duduk di atas punggungnya, kemudian ingatlah akan kenikmatan Tuhanmu, ketika engkau semua telah tetap di atasnya dan supaya engkau mengucapkan - yang ertinya: "Maha Suci Zat Allah yang telah menundukkan semua ini untuk kita dan kita semua tidak dapat mengendalikannya - kecuali dengan pertolongan Tuhan. Dan sesungguhnya kita semua akan kembali kepada Tuhan kita." (az-Zukhruf: 12-14)

969. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahawasanya Rasulullah s.a.w. apabila berada di atas punggung untanya untuk keluar berpergian, maka beliau s.a.w. itu bertakbir dulu sebanyak tiga kali, kemudian mengucapkan - yang ertinya: "Maha Suci Zat Allah yang menundukkan kenderaan ini pada kita dan kita tidak kuasa rnengendalikannya - melainkan dengan pertolongan Allah - dan sesungguhnya kita akan kembali kepada Allah. Ya Allah, sesungguhnya kita memohonkan kepadaMu dalam berpergian kita ini akan kebajikan dan ketaqwaan,juga apa-apa yang Engkau redhai dari amal perbuatan. Ya Allah, mudahkanlah segala sesuatu untuk kita dalam berpergian kita ini dan lipatlah-dekatkanlah-mana-mana yang jauh. Engkau adalah kawan dalam perjalanan, pengganti - yang mengawas-awasi - dalam keluarga. Ya Allah, sesungguhnya saya mohon perlindungan kepadaMu dari kesukaran perjalanan, kesedihan pandangan dan buruknya keadaan ketika kembali, baik mengenai harta, keluarga ataupun anak."

Selanjutnya apabila beliau s.a.w. kembali lalu mengucapkan kalimat-kalimat di atas itu pula dan menambahkan dengan ucapan-yang ertinya: "Kita telah kembali, kita semua bertaubat - kepada Allah, menyembah kepada Tuhan kita serta mengucapkan puji-pujian padaNya." (Riwayat Muslim)

970. Dari Abdullah bin Sarjis r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. itu apabila berpergian, beliau s.a.w. mohon perlindungan - kepada Allah daripada kesukaran perjalanan, kesedihan keadaan waktu kembali, adanya kekurangan sesudah berlebihan, juga dari doa orang yang teraniaya, buruknya pandangan dalam keluarga dan harta."

(Riwayat Muslim)

Demikianlah yang terdapat dalam kitab Shahih Muslim, iaitu Alhaur ba'dal kaun dengan nun, demikian pula yang diriwayatkan Oleh Imam-imam Termidzi dan Nasa'i. ImamTermidzi mengatakan: . "Ada yang meriwayatkan dengan lafaz alkaur dengan ra' dan keduanya itu mempunyai wajah masing-masing."

Para alim ulama berkata: "Maknanya dengan nun dan ra' semuanya ialah kembali dari ketetapan dan kelebihan menjadi kekurangan." Mereka mengatakan: "Riwayat ra' - kaur - itu diambil dari kata mentakwirkan sorban ertinya ialah melipat dan mengumpulkannya, sedang riwayat nun ialah dari kata kaun, sebagai mashdarnyakana yakunu kaunan, jikalau didapatkan dan menetap."

971. Dari Ali bin Rabi'ah, katanya: "Saya menyaksikan Ali bin Abu Thalib r.a. diberi seekor kenderaan untuk dinaiki olehnya. Ketika ia meletakkan kakinya pada sanggurdi, ia berkata - yang ertinya: "Dengan nama Allah - Bismillah." Setelah berada di punggungnya,lalu mengucapkan -yang ertinya: "Segenap puji bagi Allah yang menundukkan kenderaan ini untuk kita dan kita tidak kuasa mengendalikannya - tanpa pertolongan Allah. Sesungguhnya kita akan kembali kepadaNya." Selanjutnya ia mengucapkan - yang ertinya: "Segenap puji bagi Allah - Alhamdulillah," tiga kali. Seterusnya mengucapkan - yang ertinya: "Allah adalah Maha Besar -Allahu Akbar," tiga kali. Kemudian mengucapkan pula - yang ertinya: "Maha Suci Engkau, sesungguhnya saya menganiaya diri saya sendiri, maka berikanlah pengampunan kepada saya, sesungguhnya saja tidak ada yang dapat memberikan pengampunan melainkan Engkau."

Setelah mengucapkan semua itu lalu Ali r.a. ketawa. Kepadanya ditanyakan: "Ya Amirul mu'minin, mengapa anda ketawa?" la menjawab: "Saya pernah melihat Nabi s.a.w. mengerjakan sebagai-mana yang saya kerjakan itu, lalu beliau s.a.w. ketawa. Saya bertanya: "Ya Rasulullah, kerana apakah Tuan ketawa?" Beliau s.a.w. menjawab:

"Sesungguhnya Tuhanmu yang Maha Suci itu merasa hairan terhadap hambaNya apabila ia mengucapkan: "Ampunkanlah untukku dosa-dosaku," ia mengetahui bahawasanya memang tidak ada yang kuasa mengampuni dosa selain daripadaKu."

Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud serta Termidzi dan Termidzi mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan, sedang dalam sebahagian naskhah dianggap hasan shahih. Hadis seperti di atas adalah lafaznya Imam Abu Dawud.

Takbirnya Seorang Musafir jikalau Menaiki Tempat Tinggi — Gunung-gunung — Dan Sebagainya Dan Bertasbih jikalau Turun Ke jurang Dan Sebagainya Serta Larangan Terlampau Sangat Dalam Mengeraskan Suara Takbir Dan Lain-lain


972. Dari Jabir r.a., katanya: "Kita semua - di waktu berpergian -apabila naik kita bertakbir dan apabila turun kita bertasbih." (Riwayat Bukhari)

973. Dari Ibnu Umar radhiallahu'anhuma, katanya: "Nabi s.a.w. dan seluruh tenteranya itu apabila mendaki ke gunung-gunung, mereka semuanya bertakbir dan apabila turun mereka bertasbih." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.

974. Dari Ibnu Umar r.a. pula, katanya: "Nabi s.a.w. itu apabila kembali dari haji atau umrah, setiap kali beliau naik di atas gunung atau tanah tinggi yang keras, beliau tentu bertakbir sebanyak tiga kali, kemudian beliau mengucapkan - yang ertinya: "Tiada Tuhan melainkan Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya,juga bagiNyalah segenap kerajaan dan puji-pujian. Allah adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Kita semua kembali, kita semua bertaubat - kepada Allah, menyembah, bersujud kepada Tuhan kita serta mengucapkan puji-pujian. Allah menepati janjiNya, menolong hambaNya dan mengalahkan pasukan-pasukan musuh dengan seorang diri saja." (Muttafaq 'alaih)

Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan:

"Jikalau beliau s.a.w. kembali dari memimpin pasukan atau tentera - dalam peperangan - atau dari haji atau umrah."

975. Dari Abu Hurairah r.a. bahawasanya ada seorang lelaki berkata: "Ya Rasulullah, saya hendak berpergian, maka berikanlah wasiat pada saya!" Beliau s.a.w. bersabda: "Hendaklah engkau tetap bertaqwa kepada Allah serta bertakbir pada setiap berada di tempat yang tinggi." Setelah orang itu menyingkir, beliau s.a.w. lalu mengucapkan doa - yang ertinya: "Ya Allah, lipatlah - yakni dekatkanlah - yang jauh untuknya dan permudahkanlah untuknya dalam perjalanannya itu."

Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan.

976. Dari Abu Musa al-Asy'ari r.a., katanya: "Kita semua bersama Nabi s.a.w. dalam berpergian, lalu apabila kita semua naik di atas suatu jurang, kita semua bertahlil serta bertakbir dan amat keraslah suara-suara kita itu. Kemudian Nabi s.a.w. bersabda: "Hai sekalian manusia, kasihanilah pada dirimu sendiri - yakni jikalau bersuara tidak perlu keras-keras, sebab sesungguhnya engkau semua itu bukannya berdoa kepada Tuhan yang bersifat tuli ataupun yang tidak ada Zatnya, sesungguhnya Tuhan itu adalah beserta engkau semua dan Dia Maha Mendengar lagi Dekat." (Muttafaq’alaih)

Sunnahnya Berdoa Dalam perjalanan


977. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. ber-sabda:

"Ada tiga macam doa yang mustajabah - yakni akan dikabulkan oleh Allah Ta'ala, yang tiada disangsikan lagi akan terkabulnya, iaitu: doanya orang yang teraniaya, doanya orang yang dalam berpergian dan doanya orang tua terhadap anaknya."

Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dan Termidzi mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan. Tetapi dalam riwayat Imam Abu Dawud tidak terdapat kata-kata: 'ala waladihi yakni atas anaknya.

Apa Yang Diucapkan Sebagai Doa apabila Seseorang Itu
Takut Kepada Orang-orang Atau Lain-lainnya


978. Dari Abu Musa al-Asy'ari r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. itu apabila takut kepada sesuatu kaum - yakni golongan, maka beliau s.a.w. mengucapkan - yang ertinya: "Ya Allah, sesungguhnya kita menjadikan Engkau - yakni menjadikan perlindungan dan penjagaanMu - dalam leher-leher mereka - sehingga mereka tidak kuasa memperdayakan kita - dan kita mohon perlindungan kepadaMu dari kejahatan-kejahatan mereka."

Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Nasa'i dengan isnad shahih. 

Apa Yang Diucapkan Jikalau Seseorang Itu Menempati
Suatu Penginapan


979. Dari Khaulah binti Hakim radhiallahu 'anha, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Barangsiapa yang turun - berdiam - di suatu tempat pemondokan lalu mengucapkan - yang ertinya: "Saya mohon perlindungan dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatannya apa saja yang diciptakan olehNya," maka orang itu tidak akan terkena bahaya sesuatu apapun, sehingga ia pergi dari tempat pemondokannya yang sedemikian itu." (Riwayat Muslim)

980. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. itu apabila pergi lalu datang waktu malam, beliau s.a.w. mengucapkan -yang ertinya: "Hai bumi. Tuhanku dan Tuhanmu itu adalah Allah, saya mohon perlindungan kepada Allah dari kejahatanmu dan kejahatannya apa saja yang ada di dalam dirimu, juga kejahatannya apa saja yang diciptakan dalam tubuhmu, bahkan kejahatannya segala sesuatu merayap di atasmu. Saya juga mohon perlindungan denganMu - ya Allah - dari kejahatannya singa dan manusia, ular dan kala serta dari penduduk negeri ini - yang dimaksudkan ialah jin - serta dari yang melahirkan - maksudnya iblis yang melahirkan semua syaitan - dan pula dari apa yang diperanakkan olehnya - yakni syaitan-syaitan anak iblis. (Riwayat Abu Dawud)

AI-Aswad ertinya orang. At-Khathabi berkata: wa sakinul balad iaitu jin yang mendiami bumi ini. la berkata: "Albalad - yakni negeri-dari bumi ialah yang digunakan sebagai tempat tinggalnya binatang dan sekalipun di situ tidak ada bangunan atau rumah-rumah." la berkata lagi: "Dapat diperkirakan bahawa maksudnya Alwalid - yang melahirkan - ialah iblis, sedang mawalad - apa-apa yang dilahirkan olehnya" ialah syaitan-syaitan.

Sunnahnya Mempercepatkannya Seorang Musafir Untuk Pulang Ke Tempat Keluarganya, jikalau Sudah Menyelesaikan Keperluannya


981. Dari Abu Hurairah r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Berpergian itu sepotong - yakni sebahagian - dari siksa. Seseorang akan terhalang untuk makannya, minumnya serta tidurnya - sebab tidak dapat tertib seperti di rumah. Maka dari itu, apabila seseorang di antara engkau semua telah menyelesaikan maksud tujuannya, hendaklah segera kembali ke tempat keluarganya."

(Muttafaq 'alaih) 

Sunnahnya Datang Di Tempat Keluarganya Di Waktu Siang Dan Makruhnya Datang Di Waktu Malam, Jikalau Tidak Ada Keperluan Penting


982. Dari Jabir r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau seseorang di antara engkau semua itu telah lama tidak ada-yakni lama dalam berpergian, maka janganlah datang di tempat keluarganya di waktu malam. "Dalam riwayat lain disebutkan: "Bahawasanya Rasulullah s.a.w. itu melarang kalau seseorang lelaki itu datang di tempat keluarganya- dari berpergian - di waktu malam." (Muttafaq 'alaih)

983. Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. itu tidak pernah datang di tempat keluarganya di waktu malam. Beliau s.a.w. datang di tempat mereka di waktu pagi atau petang." (Muttafaq 'alaih)

Aththuruq ialah datang di waktu malam.

Apa Yang Diucapkan Apabila Seseorang Musafir Itu Telah Kembali Dan Apabila Telah Melihat Negerinya


Dalam bab ini termasuklah Hadis Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma yang terdahulu mengenai bab takbirnya seorang musafir jikalau menaiki gunung-gunung atau tempat-tempat yang tinggi.

984. Dari Anas r.a., katanya: "Kita datang - dari perjalanan - bersama Nabi s.a.w.,sehingga di waktu kita sudah berada di luar kota Madinah, lalu beliau s.a.w. mengucapkan - yang ertinya: "Kita semua telah kembali, kita semua bertaubat - kepada Allah, menyembah serta mengucapkan puji-pujian kepada Tuhan kita." Beliau s.a.w. tidak henti-hentinya mengucapkan sedemikian itu, sehingga kita datang di Madinah."   (Riwayat Muslim)




Sunnahnya Orang Yang Baru Datang — Dan Perjalanan — Supaya Masuk Masjid Yang Berdekatan Dengan Tempatnya Lalu Bersembahyang Dua Rakaat Di Dalam Masjid Itu


985. Dari Ka'ab bin Malik r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. itu apabila datang dari berpergian lalu memulai dengan memasuki masjid, kemudian bersembahyang dua rakaat di dalamnya." (Muttafaq 'alaih)

Haramnya Wanita Berpergian Sendirian


986. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Tidak halal-yakni haram-bagi seseorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari penghabisan, kalau ia berpergian sejauh jarak sehari semalam, melainkan wajib disertai orang yang menjadi mahramnya." (Muttafaq 'alaih)



987. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma bahawasanya ia mendengar Nabi s.a.w. bersabda:

"Janganlah seseorang lelaki itu menyendiri dengan seseorang wanita, melainkan wanita itu wajiblah disertai oleh orang yang menjadi mahramnya, juga janganlah seseorang wanita itu pergi, melainkan ia wajiblah disertai orang yang menjadi mahramnya."

Ada seorang lelaki berkata: "Sesungguhnya isteri saya hendak keluar untuk beribadat haji, sedang saya telah dicatat diriku untuk mengikuti peperangan ini dan ini?" Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Pergilah berhaji dengan isterimu." (Muttafaq 'alaih)



0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More